Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Blusukan di Gorong-Gorong

Gambar
Blusukan di Gorong-Gorong Masih di bahasan yang sama, mengenai pameran dan musik "Gorong-gorong" vol.1 kemarin, Aku men-submit karya kedua. Entah mengapa ketika mendengar kata gorong-gorong yang teringat pertama kali ialah blusukan jokowi pada masa pemerintahannya. Pada realitanya pun, gorong-gorong (kata lainnya, pergerakan bawah tanah) memiliki sudut pandang yang berbeda. Jika orang-orang senang di atas permukaan, menyamakan selera mereka, maka orang-orang underground yang berada di gorong-gorong persepsi masyarakat ini bebas berekspresi tanpa peduli dihakimi. Maka, ketika jokowi blusukan nih ke gorong-gorong, ada harapan dimana pemerintah bisa melihat dan masuk untuk mengetahui dan mendengar suara marah dan keluh dari skena ini. Bukan hanya datang ketika membubarkan skena saja, karna pada dasarnya namanya juga wakil rakyat, objektif itu keharusan. Tahu baik buruk, latar belakang, bukan ingin aman-aman saja. Semoga saja begitu, ujar poster ini. Mencoba dan semoga

Kasus HAM di Gorong-Gorong

Gambar
Kasus HAM di Gorong-Gorong Di akhir April 2019 ini denger-denger bakal ada pameran karya bebas dari kolektif anak FSRD Itenas. Hmmm, menarik juga nih untuk submit karya. Temanya mengenai 'orang-orang yang terpinggirkan'. Mumpung berdekatan juga dengan Mayday sekitar dua mingguan lagi, aku rangkap saja karyanya menjadi satu karya yang merepresentasikan itu. Karya iseng-iseng ini berjudul 'Hampang' yang memiliki arti gampang/mudah. Mencoba coba menjajal kolase ala-ala juga sih sekalian, figur mantan presiden ke-tiga digambarkan dengan tubuh sinterklas yang pemurah, suka memberi hadiah di kala natal sebagai representasi dari Soeharto yang memberikan hadiah kepada rakyat Indonesia berupa kebijakan dan program-program repelitanya. Bagai dua sisi mata uang, ada sebuah hal yang terlupakan pula yaitu kasus pelanggaran Ham berat yang sampai saat ini belum kunjung Usai. Marsinah, Widji Tukul juga beberapa belas aktivis dibunuh dan dihilangkan. Selepas soeharto turun dari