Rock akhir tahun dan persembahan Limunas XV

Akhir-akhir ini hal apa sih yang sering terjadi di hidup kalian? Anjir pertanyaannya jauh teuing gasi, ngga lah nggapapa mau jauh dekat bandung mah masih deket kemana-mana. Nu jauh mah ieu naha obrolan bisa ti kehidupan terus ngomongin bandung, itu baru jauh. Apalagi dengan labilnya cuaca sekarang, deketnya bandung terasa lama karna nungguin hujan raat, sebat tapi nanti telat, hadeuh

Itu yang mungkin beberapa orang rasakan hari Minggu (1/12) malam kemarin. Labilnya cuaca dan kurang persiapan anti-hujan jadi pembelajaran buat saya. Bagaimana tidak, berangkat di ciumbuleuit di jam yang bersamaan dari band pembuka Limunas XV, pelanggaran! Saya Cuma bisa mensiasati dengan bergerak lincah dan hati-hati di jalan. Sesampainya di purnawarman, memarkirkan motor dekat Factory Outlet dan langsung bergegas ke venue di IFI Bandung. Melekatkan gelang di tangan, sesekali melihat sekitar juga maklum ini gelaran pertama saya ke limunas, hampura baru sekarang jodohnya :) Dibukanya pintu utama venue, alunan surf rock masuk ke gendang telinga secara langsung, tidak pikir panjang saya masuk dan seketika takjub sendiri dengan intimatenya auditorium IFI, sekali lagi diingatkan ini perdana saya ke limunas, silahkan hakimi di kolom komentar mengenai si anak baru di skena.

Saya menyaksikan tiga lagu terakhir dari The Panturas, ditutup dengan Gurita Kota sebagai salah satu nomor andalannya di album Mabuk Laut. Cukup menyesal tapi tak apa, kita masih bisa terus berbincang di Twitter ya cin :) Clear area sekitar 15 menit saya habiskan untuk berbincang, sebat sambil ngaca di dekat toilet IFI. Seketika terlintas di obrolan dengan kawan semisal Limunas diadakan secara gratis dan The Panturas main, mungkin bakal ada crowdsurfing di dekat mural gurita di IFI. Absurd sih, tapi ya namanya juga obrolan. Satu batang telah dibakar habis dan berbalik ke arah venue karna tidak ingin kehilangan momen, kencangkan ransel dan bergegas.

            Sedikit mengantri, venue IFI kembali adem dengan balutan smoke yang membuat tempat ini semakin dramatis. Pasang posisi yang tepat sambil mendengarkan prolog dari MC, dan tak beberapa lama seseorang masuk ke panggung sambil membawa sebuah catatan, bukan bukan q card sponsor atau media partner tapi sebuah ia membawa sebuah frasa yang apik. Ya, mas Farid Stevy membuka pentas sembari diiringi suara piano melantunkan ‘Hal-hal Ini Terjadi’ dan penonton pun ikut mengantarkannya. Kalau saja kamu datang, pejamkan mata, kamu akan merasakan mas Farid seolah memeluk erat jiwa jiwa dalam frasanya, ibarat seorang ayah mendongengkan cerita sebelum tidur, merinding!

Beberapa nomor pada album Hits Kitch(2014) dibawakan diantaranya ‘Hujan Mata Pisau’ ‘Hari Terakhir Peradaban’ dan lainnya. Walau saya tidak tahu banyak lagunya tapi FSTVLST mampu membuat saya terbius dan masuk ke penampilan mereka. Belum beres sampai sana, saya dilibatkan untuk mengangkat mas Farid Stevy stagediving keliling venue, wah segan aku mas. Kehangatan dan intimasi konser perdana FSTVLST ini diakhiri dengan track ‘Menantang Rasi Bintang’ sambil berpelukan bersama di venue penonton, mengharukan dan saya hanya bisa senyum mengagumi semuanya.

Hubungan limunas dan clear area cukup erat, membangun suasana memang butuh waktu, ini yang saya baru tahu. Cukup waktu beristirahat dengan segelas kopi saset pinggir jalan, habis dan segera saya masuk kembali untuk mengawal penampilan terakhir dari The Flowers, bukan Flowers City Rolling ya, beda, different.

Crowd terpusat di depan dan yang lain menyebar, walau tidak seramai barusan tapi intimasinya tidak berkurang sedikitpun. Saya berada lebih depan dari sebelumnya, dari segi posisi bukan referensi, sebelumnya saya sempat mencari-cari informasi historis dan diskografi namun belum cukup dalam mengenai The Flowers. Namanya juga anak baru skena, wajarin ah seengganya aku dateng kok sampe beres hehe. Lanjut, sampai pertengahan mungkin saya hanya mengangguk-ngangguk dan mencoba menikmati suguhan rock n roll nya The Flowers, namun diluar dugaan saya bergoyang bersama yang lain, ah bisaan euy buat aku jatuh hati sama first impression livenya. Menariknya lagi, di barisan depan saya ditemani beberapa orang yang sudah cukup berumur dan masih bergerak lincah, tertawa dan bernyanyi bersama Njet dan personil The Flowers lainnya. Imbuhan skill dari Boris (Gitaris) dan Eugen (saxophone) di tengah-tengah lagu membuat saya berdecak kagum dan speechless. Beberapa nomor seperti ‘Tolong Bu Dokter’ ‘Bayangan’ dan sang andalan ‘Rajawali’ turut dibawakan. Doddy Hamson pun ikut mengisi vokal pada dua lagu terakhir, wah ampun aku ga berkutik! Sebagai vokalis yang sering di ‘we want more in’ sama penonton, Giliran Doddy nge we want more in mereka dan berhasil!

Tidak kemana-mana, saya ada di venue meilhat sekeliling dan salah satu yang saya kagumi adalah semua penampil berfoto bersama, sayapun ikut nyempil disana, nggak langsung pulang. Respect, semua serasa setara. Tidak terasa gap antara penampil, penonton, panitia semua membaur dalam satu nuansa. Akhirnya, semua dibayar lunas oleh Limunas, tidak mengganjal dan tidak ada kekecewaan. Jiwa saya penuh di malam itu oleh keseluruhan acara. Saya mengutip sepenggal ucapan mas Farid Stevy di panggung, “Bukan ini bukan momen, bukan juga helatan tapi ini peristiwa”

Ini helatan gigs terbaik yang pernah saya rasakan, bukan, bukan menjilat atau melebih-lebihkan, ini sungguhan kalau ga percaya tanya sama yang di atas.  Terimakasih Limunas, panjang umur dan tetap bertekad membuat helatan-helatan yang melibatkan rasa. Satu bulan ini mungkin saya tak akan cepat melupakan peristiwa Helatan Rock Akhir Tahun dari Limunas XV, matur nuwun mas (man)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sulit

Sick of You

Kacau saja